Hai semua, beberapa waktu lalu saya berkunjung ke Curug Sudimoro yang ada di kota saya Kebumen. Curug dengan tiga tingkat ini sangat besar dan luas. Apalagi jika debit airnya sedang banyak, semisal sehabis hujan turun.
Seperti apa keseruan saya berkunjung ke Curug Sudimoro ini? Yuk lanjut baca…
Perjalanan dari rumah memakan waktu sekitar 2 jam. Kalau dari Gombong sekitar 1,5 jam. Sebelum berangkat, saya buat jejak jalan dulu di google maps biar gak kesasar dengan mengikuti alur biru di google maps.
Sebelum berangkat, motor saya cuci dulu dan isi bensin. Waktu itu saya berkunjung hari minggu. Dari arah gombong, saya jalan ke arah utara melewati jalan-jalan berkelok yang disampingnya banyak bebatuan. Pemandangannya pun cukup indah.
Jalan terus ke utara, nanti ada pertigaan yang menuju ke arah kota Purbalingga. Kalau yang ke Purbalingga ambil kiri, sementara yang ke Curug Sudimoro lurus terus ke utara.
Baca Juga : Curug Silangit Kebumen, Ini Pengalamanku Berkunjung
Dan ternyata jalannya sangat naik turun, agak ngeri sih kemarin karena baru pertama kali. Bener-bener naik turun dan terjal. Jarang ada warung atau penjual bensin. Bengkel juga saya gak nemuin. Agak khawatir sih karena rantai motorku bunyi gretek-gretek karena kering gak di oli. Takutnya putus.
Jalur ini cukup ngeri, karena kecil dan nanjak banget.
Perjalanannya cukup jauh dan harus melewati banyak jalur naik turun yang terjal. Jadi sebelum ke sini, pastikan kendaraan kalian sudah diservis dan bensin penuh. Saya pakai motor bebek oper gigi. Kalau motor matic dan berboncengan mungkin saja bisa tekor, gak kuat mesinnya. Karena jalur ini melebihi jalur pantai menganti yang naik turun.
Di pertengahan jalan, ada sebagian jalan yang masih berupa tanah. Dan kemarin karena habis hujan, jalan jadi licin dan ekstra hati-hati saat mengendarai motornya.
Di sepanjang jalan, rumah-rumah juga gak terlalu banyak. Jaraknya masih jauh-jauh dan banyak jurang di tepi jalan. Penduduk sekitar banyak yang bekerja sebagai petani, kalau saya lihat banyak tanaman kencur dan pohon pinus di sana dan tumbuh subur. Kearifan lokal masih terasa di sini.
Seteleh beberapa jam berjalan, tak kunjung sampai lokasi karena jalanan masih berupa tanah. Dan kadang harus lewat jalan becek bebatuan. Saya juga mampir warung sebentar buat isi bensin, takut kehabisan. Jangan sampai kehabisan, nanti harus ngedorong.
Jalan tanah begini bikin sulit dilewati kendaraan. Apalagi kalau hujan.
Setelah hampir sampai, saya melihat ada sungai yang menjadi aliran Curug Sudimoro ini. Airnya biru dan dasarnya dari batu dan jernih. Bahkan saya melihat ada ir terjun yang cukup bagus di pinggir jalan.
Karena sudah dekat, saya pun jalan terus hingga menuju lokasinya. Dan lagi-lagi jalanan masih nanjak, sebagian cor sebagian tanah. Dan sampailah di Curug Sudimoro ini.
Motor saya parkir di tempat parkir yang ada di dekat loket. Waktu itu hanya saya saja yang datang dan tidak ada orang lain berkunjung.
Penjaga loket tidak ada, karena sepertinya wisata yang sudah dikelola pemerintah ini terbengkalai semenjak pandemi. Jadinya saya tidak bayar, lha wong gak ada orang sampai sampai saya selesai.
Untuk menuju air terjunnya, ada tangga menuju ke bawah. Dari bukit, air terjunnya sudahah terlihat bagus sekali. Baru kali ini saya melihat curug seindah ini. Curug Sudimoro ini besar dan lebar sekali dan ada 3 tingkat. Dasar sungainya dari batu.
Air terjun terlihat dari tangga
Dan saya pun turun ke air untuk mengambil foto dan video. Debit airnya cukup besar, padahal semalam gak hujan. Kata penduduk sekitar pas beli bensin, biasanya banyak yang berkunjung saat debit airnya lebih besar dari ini.
Buat kalian yang mau berkunjung ke sini, dijamin akan puas karena tempatnya sangat indah dan menariik. Bahkan di sini dijadikan lokasi pre wedding juga.
Lokasinya berada di Desa Donorojo, Kecamatan Sempor, Kebumen, Jawa Tengah. Nah, di di Sempor ini juga ada waduk Sempor yang sekalian kunjungi untuk berwisata.
Baca Juga : Waduk Jembangan, Wisata Alam dengan Restoran Terapung Terhits di Kebumen
Di sini saya gak sampai marem berkunjung karena takutnya ada banjjir tiba-tiba. Apalagi karena gak ada orang lain juga yang berkunjung. Palingan hanya anak-anak penduduk sekitar yang datang sebentar sebentar lalu pergi. Oh ya, sinyal internet gak ada di sini.
Dan saat pulang, saya menemui ada tanah yang baru longsor persis di tepi jalan. Padahal saat berangkat belum longsor. Jadi memang harus hati-hati sebelum berkunjung. Selalu waspada dan fokus apalagi jika sehabiss hujan dan jalan licin. Oke itu saja pengalaman saya, semoga membantu.
Kalau momotoran suka ngeri juga kalau rantai motor bunyi gretek-gretek karena kering lupa belum dioli, apalagi di jalan yg jauh ke mana-mana ga ada bengkel gini.
Bagus ya curugnya, dan masuknya bisa “gratis” hihi.