Di kondisi seperti sekarang ini, pemberian vaksin penting dilakukan untuk mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi penyebab penyakit-penyakit tertentu. Namun, pernahkah kalian membayangkan bagaimana vaksin bisa sampai ke pasien? Selain proses produksinya yang rumit, yang pasti penyimpanan dan pendistribusian vaksin harus dilakukan secara khusus karena vaksin termasuk dalam produk fragile atau mudah rusak.
Permenkes Nomor 12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi disebutkan bahwa vaksin merupakan produk biologis yang mudah rusak sehingga harus disimpan pada suhu tertentu, yakni pada suhu 2°C s.d 8°C untuk vaksin sensitif beku (tidak boleh beku), dan pada suhu -15°C s.d -25°C untuk vaksin yang sensitif panas.
Baca juga
- Mengapa Penang Jadi Pilihan Tempat Berobat?
- Tips Mempersiapkan Alat alat Olahraga
- Apa Saja Keuntungan Menjadi Peserta BPJS Kesehatan ?
Untuk itu, distribusi vaksin wajib menggunakan sistem cold chain. Cold chain adalah supply chain industry yang mana dalam pengirimannya dibutuhkan monitoring suhu sehingga ketika produk sampai di pelanggan kualitasnya terjamin baik. Cold chain adalah supply chain yang dikontrol suhu (rendah). Jadi, sangat penting untuk menjaga suhu vaksin karena vaksin merupakan sediaan biologis yang rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan. Apalagi, alur distribusi vaksin untuk sampai ke pasien sangatlah panjang.
Contohnya pada sektor pemerintah di Indonesia. Vaksin dikirim dari supplier ke Dinas Kesehatan Provinsi. Dinas Kesehatan Provinsi kemudian menyalurkan vaksin ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten. Setelah itu, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten menyalurkannya ke Puskesmas atau Posyandu hingga akhirnya ke pasien.
Pada sektor swasta, vaksin didistribusikan melewati Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang sudah terdaftar di BPOM. Tentunya, vaksin harus melalui alur distribusi yang tidak kalah panjang dari sektor pemerintah. Untuk itu, sangat penting memastikan kualitas produk dengan menjaga environment kendaraan pada saat membawa vaksin.
Beberapa orang mungkin berpikir itu tidak sesulit kedengarannya, namun ternyata proses ini memakan biaya operasional yang cukup besar loh. Biaya operasional yang membengkak dan besar ini bisa terjadi karena banyak faktor kesalahan, misalnya data perusahaan yang direkam secara manual sehinggal menghasilkan sumber data yang tidak akurat, transportasi pengangkutan yang tidak efisien menyebabkan terlambatnya kedatangan vaksin, atau yang lebih parahnya lagi, kerugian akibat rusaknya vaksin akibat chiller yang mati tanpa disadari oleh supir pengantar.
Lalu, bagaimana cara agar kesalahan-kesalahan tersebut tidak terjadi? Telkomsel IoT / Internet of Things mengeluarkan produk yang dapat memudahkan dalam memonitor seluruh aset bisnis kapan pun dan di mana pun, yaitu Asset Performance Management.
Apa sih kegunaannya? Tentunya untuk monitoring business goods kita yang sifatnya butuh penanganan khusus, baik aset bisnis yang berada di dalam ruangan, di luar ruangan, maupun yang sedang dalam perjalanan secara real time, kapanpun, dimanapun dan menggunakan device apa pun.
Baca juga
Contohnya pada produk vaksin adalah dengan menempelkan beacon pada box penyimpanan vaksin yang disimpan di Gudang maupun pada box penyimpanan vaksin saat proses pengirimannya. Beacon itu sendiri merupakan salah satu sensor yang menggunakan teknologi Bluetooth Low-Energy (BLE) yang berukuran kecil yang dapat mengirimkan parameter-parameter data seperti temperatur, kelembapan dan kondisi pencahayaan di lokasi penempatannya.
Selanjutnya, beacon yang ditempel di pada box penyimpanan vaksin yang disimpan di Gudang maupun pada box penyimpanan vaksin saat proses pengiriman akan mengirimkan data parameter ke Bee. Bee ini adalah gateway yang selanjutnya meneruskan data yang didapat ke IoT Platform Telkomsel. Di IoT Platform Telkomsel, pelanggan dapat menerima alert jika ada keadaan anomali yang terjadi. Tidak hanya memberi peringatan / alerting, tapi dapat juga mengirimkan data secara otomatis dan akurat yang diperlukan untuk menjaga kualitas vaksin. Sehingga vaksin dapat tetap terjaga dalam kondisi yang baik walaupun melalui proses yang panjang (Supplier – Dinas Kesehatan – Posyandu – Pasien).
Dengan sistem report, alert, dan penarikan data insight secara otomatis yang membuat pengguna dapat memonitor keseluruhan proses manajemen aset bisnis semakin mudah apabila Anda menggunakan Asset Performance Management. Biaya untuk memonitor aset bisnis juga akan jauh lebih optimal. Pengecekan manual yang berujung menghasilkan data yang tidak akurat tidak perlu dilakukan lagi, karena dengan memasangkan sensor IoT pada aset, anda akan mendapatkan informasi yang akurat mengenai lokasi, status pengiriman, temperatur ruangan, tingkat humiditas, intensitas cahaya di ruangan, dan masih banyak lagi.
Menarik sekali ya penerapan APM dalam pendistribusian vaksin. Kira-kira APM ini bisa diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan apa di bisnis Anda?
Enak dong kalau kita bisa memonitor keseluruhan proses manajemen aset bisnis langsung. Jadi kemungkinan kelirunya minim
Wah baru tau saya
Pakai APM begini jadi praktis dan membantu banget, Mas. Monitor barang yang rawan kayak vaksin gini tentunya menguntungkan, mengurangi risiko keterlambatan soalnya bisa dipantau terus, terutama suhunya.
Alhamdulillah dapet ilmu baru..
Thanks kang Amir
Saya jadi tahu apa itu Cold chain
Terimakasih atas penjelasannya, awalnya benar-benar awam banget
baru tau aku kalau vaksin didistibusikan dengan SOP seketat itu
tapi memang perlu juga ya
dan harus terus diawasi secara menyeluruh