Dieng, sebuah dataran tinggi yang tebagi kedalam dua wilayah yaitu Wonosobo dan Banjarnegara dengan berbagai keunikannya. Foto : https://panduanwisatadieng.com

Pasti kalian tidak menyangka jika di Pulau Jawa yang semodern ini, masih ditemui segelintir orang yang “bergaya ala jaman purbakala”.

Kalian juga tidak menyangka jika di salah satu tempat di Indonesia ini, ada sebuah daerah yang memiliki hawa dingin sedingin salju. Bahkan karena saking dinginnya, air yang dimasukan kedalam sebuah wadah dapat berubah jadi es batu.

Kalian juga pasti akan terheran-heran, bahwa di tempat ini, bungkus makanan yang kempes bisa berubah jadi gendut-gendut wkwkkw. Unik sekali, bukan ? Itu artinya, akan menguntungkan pedagang karena dikira isinya penuh hahahaha.

Ya ! Keuniakan tersebut bisa kalian temui jika kalian berkunjung ke Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah. Ada banyak Paket Wisata Dieng yang bisa kalian gunakan untuk bisa berkunjung kesini. Dan, seperti apa sih keunikan tesebut ? Yuk kita bahas sama-sama.

Di Dieng, kamu bisa melihat pemandangan unik berupa rambut gimbal anak-anak Dieng yang tumbuh secara alami. Foto : losmenbudjono.com

Jika kalian berkunjung ke Dieng, kalian bisa melihat anak-anak berambut gimbal dari penduduk setempat. Bagi yang belum tau, mungkin ini akan terlihat aneh kemudian berkata “jorok”. Padahal rambut gimbal ini bukannya disengaja, melainkan tumbuh sendirinya secara alami.

Menurut warga setempat, anak-anak berrambut gimbal ini merupakan titipan dari Kyai Kolo Dete. Kyai Kolo Dete merupakan seorang punggawa pada masa kerajaan Mataram Islam, sekitar abad 14 Masehi.

Bersama Kyai Walid dan Kyai Karim, Kyai Kolo Dete ditugaskan oleh Kerajaan Mataram Islam untuk mempersiapkan pemerintahan di daerah Wonosobo dan sekitarnya.

Kyai Kolo Dete sendiri bertugas di daerah Dataran Tinggi Dieng. Sedangkan Kyai Walid dan Kyai Karim bertugas di daerah Wonosobo.

Setibanya di Dieng, Kyai Kolo Dete dan Istrinya (Nini Roro Rence) mendapat wangsit dari Ratu Pantai Selatan untuk menyejahterakan masyarakat di daerah tersebut. Sejak saat itulah muncul anak-anak berambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng.

Untuk diketahui, tingkat kesejahteraan masyarakat Dieng berbanding lurus dengan jumlah anak-anak gimbal yang ada. Semakin banyak jumlahnya, semakin sejahtera pula warganya.

Biasanya seorang anak gimbal akan mengalami panas pada tubuhnya selama beberapa hari dan akan mereda pada pagi hari, seiring dengan tumbuhnya rambut gimbal ini di kepala sang anak.

Rambut gimbal ini tumbuh pada anak-anak dibawah usia 3 tahun dan akan semakin lebat seiring usianya bertambah.

Prosesi pemotongan rambut ini tidak sembarangan karena ada aturan dan tatacara tertentu (ruwatan). Selain itu, orang tua juga harus menuruti kemauan sang anak dan atas kemauan sang anak. Jika tidak, maka rambut akan tumbuh kembali.

Prosesi ruwatan ini biasanya juga dilangsungkan bersamaan dengan acara tahunan yaitu DCF atau Dieng Culture Festival.

Anak-anak ini sama dengan anak-anak pada umumnya. Bermain kesana-kemari layaknya anak-anak yang lain. Yang membedakan adalah karena emosi anak-anak ini cenderung naik bahkan sampai tidak terkontrol tanpa sebab yang jelas. Namun akan semakin mereda bahkan hilang saat rambut gimbalnya dipotong.

2. Di Dieng, kamu bisa merasakan dinginnya suhu udara seperti di Eropa

Saat musim kemarau tiba, suhu udara di Dieng menjadi sangat dingin hingga membeku. Foto : https://all-indonesia.com

Di musim kemarau yang lalu, tepatnya di Bulan Agustus 2019, suhu udara di Dieng sangat dingin. Bahkan air dalam sebuah wadah yang ditaruh di luar bisa berubah menjadi es.

Disaat-saat tersebut, kalian juga bisa melihat fenomena rumput-rumput yang membeku jadi es di pelataran Kompleks Candi Arjuna.

Karena saking dinginnya, tetangga yang kemarin liburan kesini, pulangnya pun pada masuk angin semua karena kedinginan.

Menurut penuturan seorang teman yang tinggal di Dieng, suhu udara disana mencapai -9 derajat celcius. Tidak heran jika air pun bisa berubah jadi es.

Jika kalian berkunjung kesini di bulan-bulan dingin seperti waktu tersebut, baiknya bawa pakaian rangkap tebal agar suhu tubuh tetap terjaga.

Namun itulah yang menjadi daya tarik dari Dieng ini dengan hawa dinginnnya. Banyak orang penasaran ingin mengetahui langsung seperti apa sih fenomena salju Dieng ini.

3. Di Dieng, bungkus makanan bisa berubah jadi gendut-gendut

Fenomena unik. Makanan berbungkus plastik berubah jadi gendud-gendud karena perbedaan tekanan udara. Hayo, siapa yang harus tanggung jawab neh wkwkwk. Foto : IG @aryadidarwanto 

Beberapa hari kemarin seorang kerabat yang tinggal di Dieng memposting foto bungkus makanan kecil yang berubah jadi gendut-gendut. Hal itu disebabkan karena  perbedaan tekanan udara yang ada di Dieng ini. Biasanya suatu wadah akan berubah gendut dan terisi angin jika kena panas, eh ko malah ini kena dingin jadi gendut ? Hahaha unik sekali, bukan ?

4. Ada yang bilang,  Carica, jika ditanam di luar jadi pepaya

Ada yang bilang, pohon carica jika ditanam di luar jadi pepaya. Benarkah? Foto : carica.co.id

Carica adalah buah yang banyak ditemui di Dataran Tinggi Dieng. Buah ini mirip dengan pepaya namun lebih kecil. Jika sudah matang akan berubah warna menjadi kuning.

Kata seorang teman saat saya berkunjung kesana, carica ini harus dimasak dulu jika akan dikonsumsi. Karena jika dimakan langsung biarpun sudah matang, rasanya tidak enak.

Di Dieng, carica banyak diolah menjadi manisan dalam cup-cup plastik ataupun botol kaca. Rasanya manis dan legit. Carica ini banyak di jual di sekitar area wisata, seperti misalnya di sekitaran Candi Arjuna.

Dan ada yang bilang jika buah carica ini jika ditanam diluar, semisal di Wonosobo atau Kebumen, kabarnya akan menjadi pepaya, benarkah ?

Entah sih karena carica memang buah yang lebih cocok tumbuh di daerah berhawa dingin. Jika penasaran kalian bisa ambil biji carica saat berkunjung ke Dieng untuk ditanama dirumah.

5. Setiap rumah memiliki penghangat atau tungku perapian

Di Dieng, kamu akan banyak menjumpai anglo atau penghangat ruangan di rumah-rumah warga.

Layaknya di Negara-negara Eropa, disini banyak rumah-rumah warga yang memiliki tungku penghangat untuk menghangatkan badan Karena disini udaranya sangat dingin. Setiap tamu yang berkunjung kesini juga akan lansung dipersilahkan ke dapur untuk menghangat diri. Bukan ke ruang tamu. Unik sekali ya ?

Hal ini juga sudah menjadi kebiasaan masyarakat Dieng karena udaranya yang dingin. Sembari mengahngatkan diri, mereka bisa bercengkrama dengan anggota keluarga atau tamu sambil menikmati cemilan atau bakar jagung ataupun kentang. Wah unik sekali ya ? 

6. Terdapat desa tertinggi di Pulau Jawa

Sembungan Village, Desa tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 2306 mdpl dan di sebut-sebut sebagai Desa tertinggi kedua setelah yang ada di Tibet. Foto : sikunir.com

Kalau kalian berkunjung ke Bukit Cebong atau Bukit Sikunir di Dieng, kalian akan berjumpa dengan sebuah desa benama Desa Sembungan. Desa ini memiliki ketinggian 2.306 mdpl dan menjadi bagian dari Kapupaten Wonosobo. Karena hal itulah, Desa ini dinobatkan sebagai Desa Tertinggi di Pulau Jawa. Dan bahkan Dataran Tinggi Dieng ini juga disebut sebut sebagai Dataran Tinggi kedua setelah yang ada di Tibet.

7. Ginseng, juga bisa kamu temui di Dieng

Purwaceng, merupakan ginseng Jawa yang dapat di olah menjadi minuman yang berkhasiat meningkatkan stamina dan gairah seksual. Foto : obyekwisatadieng.com

Jika kalian mengira ginseng itu hanya ada di Korea atau China, maka di Jawa pun ada. Sebenarnya ginseng ini tumbuh di seluruh Pulau Jawa, namun karena habitatnya rusak, saat ini hanya bisa tumbuh di Dataran Tinggi Dieng.

Ginseng ini sendiri memiliki khasiat untuk meningkatkan gairah seksual seseorang. Orang sini menyebutnya dengan nama purwaceng. Ginseng ini biasanya diolah dalam bentuk bubuk dan bisa diminum bebarengan susu atau kopi. Buat yang lagi “lesu”, boleh dicoba nih hihihi. 

8. Gorengan rasanya jadi lebih enak dari biasanya

Tempe kemul dan geblek, gorengan khas Dieng yang sangat nikmat di santap di hawa dingin. Foto : https://www.diengfuntrip.com

Entah karena suhu udara yang sangat dingin atau karena tangan-tangan trampil para pemasaknya, gorengan di Dieng menjadi sangat nikmat untuk makan. Nyatanya karena gorengan yang dijual disini selalu habis diburu pembeli. Dan tak seperti gorengan di kota-kota yang tercampur polusi, disini lebih bersih.

9. Berada di dua wilayah

Dieng, banyak yang mengenalnya berada di Wonosobo, padahal terbagi di dua tempat, yaitu Banjarnegara dan Wonosobo. Foto : dieng.org

Dulu sewaktu saya menghadiri acara wisata dari Dinbudpar Kabupaten Banjarnegara, saya sempat bertanya langsung kepada orang dinas dari Dinbudpar tersebut. Saya bertanya “Sebenernya Dieng itu di Banjarnegara atau di Wonosobo, Pak?”

Beliau pun menjawab bahwa Dieng itu berlokasi di dua kota, yaitu Banjarnegara dan juga Wonosobo. Namun masih lebih banyak jumlah wisata yang ada Banjarnegara. Untuk Candi Arjuna sendiri ada di Banjarnegara. Sedangkan Bukit Sikunir ada di Wonosobo. 

10. Banyak motor dengan CC gede

Di Dieng, banyak motor gede untuk mengangkutan komoditi pertanian, bukan untuk haya-gayaan yah. Foto : https://www.gridoto.com

Jika kalian ke Dieng, kalian akan banyak menjumpai motor-motor dengan CC gede yang muat lebih banyak bahan bakar bensin. Eits, tapi bukan untuk gaya-gayaan, melainkan untuk mengangkut barang-barang komoditi pertanian seperti kentang dan wortel. Secara, Dieng itu jalurnya naik turun, jadi akan lebih kuat jika pake motor gede dengan daya muat bahan bakar lebih.

11. Hawa mistis dan klenik

Dieng dulunya merupakan tempat pertapaan pada dewa, sehingga hawanya pun cuku nyenyat dan mistis. Foto : https://destinasidieng.com/

Dieng adalah sebuah daerah yang cukup nyenyat dan jauh dari hingar-bingar kota. Dulu, Dieng merupakan tempat pertapaan para dewa. Sehingga suasananya pun menjadi berbeda dari tempat lainnya, terutama dimalam hari. Jika Anda berkunjung kesini, coba sesekali keluar dimalam hari, Anda akan merasakan suasana yang berbeda selain karena hawanya yang dingin.

12. Festival budaya tahunan, Dieng Culture Cestival

Perayaan Dieng Culture Festival menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Foto : https://www.hipwee.com/author/septyananggara/

Setiap tahunnya di Dieng ini selalu diadakan event unik bernama DCF atau Dieng Culture Festival. Di event ini, prosesi ruwatan pemotongan rambut anak-anak gimbal juga seringkali dilakukan. Seperti pada umumnya proes ruwatan, prosesi ruwatan ini juga dimaksudkan untuk mengusir bala atau nasib buruk dari sang anak atau masyarakat itu sendiri.

Sebelum ruwatan dimulai, dilakukan ritual doa diberbagai tempat. Misal seperti di Kompleks Candi Arjuna, Candi Dwarawati, Sendang Maerokoco, dan banyak lagi yang lainnya.

Event yang seringkali diadakan pada bulan Agustus ditiap tahunnya juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan karena ribuan tiket terjual habis untuk event budaya ini.

Salah satu hal menarik di DCF ini yaitu saat moment menerbangkan 1000 lampion ke udara. Selain itu acara-acara pendukung juga turut memeriahkan. Misal seperti pagelaran java jazz, pertunjukan wayang kulit, pemutaran nominator festival filM dieng, pesta kembang api, jalan sehat dan minum purwaceng, dan lain sebagainya.

13. Pertanian yang subur di lereng-lereng bukit 

Saat kamu berkunjung ke Dieng, kamu akan melihat hamparan tanaman palawija seperti kentang dan wortel dimana-mana. Foto : Amir Mahmud

Buat yang belum pernah kberkunjung ke Dieng, kalian akan terheran-heran saat menjumpai petak-petak kebun yang terletak di bukit-bukit dengan kontur tanah berundak-undak membentuk gunung.

Tanaman yang tumbuh yaitu seperti wortel, kentang, kubis, tomat, cabai, terong, dan tanaman lainnya yang bisa tumbuh subur di hawa dingin.

Oiya, kata seorang teman pas saya lagi berkunjung ke Dieng, air sungai disini juga umumnya butek (keruh) walaupun letaknya di pegunungan. Hal ini karena terkontaminasi dengan tanah-tanah para petani.

Pemandangan berupa pertanian berupa bukit-bukit menjulang tinggi ini tentunya akan memberikan kesan unik dan sensasi tersendiri bagi pengunjungnya.

 14. Cabe disini sangat pedas dan tidak mudah busuk

Cabe dieng yang super pedas. Bentuknya unik dan gendud-gendud. Foto : Dewi Rachmat Kusuma/kumparan 

Waktu saya berkunjung ke Dieng, seorang teman yang asli penduduk Banjarnegara memberitahu saya bahwasanya cabe Dieng itu sangat pedas dan beda dari cabe pada umumnya. Bahkan ada yang bilang jika tingkat kepedasan cabe ini mencapai skala 350.000 skala scoville. Dua buah cabe gendot atau cabe Dieng, begitu orang menyebutnya, rasanya sudah sangat pedas.

Waktu saya lihat langsung, bentuk cabe ini cukup besar-besar hampir seukuran terong Belanda. Pohonnya pun besar dan melebar. Buahnya seperti paprika dengan tekstur yang meliuk-liuk dengan permukaan yang halus.

Biji dari cabe ini berwarna hitam dan mudah dibuang. Masyarakat sering membuang isinya agar masakan tak terlalu pedas. Buat para pengunjung juga bisa menjadikan oleh-oleh karena cabe ini banyak dijual disana. Selain pedasnya luar biasa, cabe ini juga tidak mudah busuk. Mungkin karena hawa Dieng yang dingin kali ya ?

Nah, itulah ke 14 keunikan yang ada di Dieng. Menarik dan unik sekali, bukan ? Segera kepak ranselmu untuk sambangi Dieng sekarang juga.

Sumber referensi artikel 
1. https://food.detik.com/all-you-can-eat/d-2154287/cabai-gendot-si-super-pedas-dari-dataran-tinggi-dieng
2. https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/anak-anak-rambut-gimbal-di-dieng-titipan-kyai-kolo-dete 
3. https://www.idntimes.com/travel/destination/francisca-christy/hal-hal-mistis-unik-aneh-dan-autentik-yang-hanya-bisa-ditemukan-di-dieng/full 
4. https://www.diengbackpacker.com/dieng-culture-festival 
Bagikan biar yang lain tahu